Author : Qurrota A'yun   , Rosiyah Faradisa, Martianda Erste Anggraeni
ABSTRAK

Pada tahun 2018, pemerintah melalui Menteri Komunikasi dan Informasi menyatakan bahwa akan mengkonversi seluruh TV Analog yang ada di Indonesia menjadi TV Digital. Tuntutan migrasi siaran TV dari sitem analog ke digital berlaku secara global, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Tanpa harus membeli pesawat TV baru, masyarakat dapat menikmati konten siaran format digital dengan cara menambahkan perangkat converter (yang disebut set top box) pada pesawat TV lama. Set Top Box (STB) adalah alat bantu penerima siaran digital yang berfungsi mengkonversi dan mengkompresi sinyal digital sehingga dapat diterima pada pesawat TV analog. STB sebagai receiver sinyal digital harus memiliki standar yang sama dengan sistem pemancar (transmitter), yaitu DVB- T2. Standar ini diadopsi Indonesia sejak 2012, menggantikan standar DVB-T (2007) sebagai standar penyiaran TV Digital Terrestrial penerimaan tetap free-to-air atau tidak berbayar. Bahkan hingga kini telah dikembangkan DVB-T2 dengan mode penerimaan mobile (portable). Pada penelitian ini, akan dilakukan pengukuran Quality of Service yang meliputi field strength, link budget, dan path loss dalam mendukung kualitas siaran TV Digital Terrestrial DVB-T2. Selain itu, penelitian ini juga mengukur Quality of Experience dari user atau penonton mengenai kualitas program TV Digital Terrestrial yang nantinya hasil data akan dijadikan rekomendasi untuk pemerintah sebagai pengatur regulasi dan industri pertelevisian. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam mode penerimaan bergerak, semakin tinggi kecepatan yang digunakan, maka daya pancar yang diterima semakin kecil. Begitu pula sebaliknya. Karena hal ini dipengaruhi oleh efek doppler. Selain itu, kecepatan tinggi juga menyebabkan drop out pada siaran televisi semakin banyak dan terkadang tidak terdeteksi siaran.

[DOWNLOAD ABSTRACT]